
Bulan Muharram adalah salah satu bulan mulia dalam kalender
Hijriyah. Di antara hari-hari istimewa di bulan ini, terdapat Hari
Asyura (10 Muharram) dan Hari Tasu’a (9 Muharram) yang
sangat dianjurkan untuk berpuasa. Rasulullah ﷺ menyebut puasa ini sebagai penghapus
dosa setahun yang lalu. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang puasa
Asyura dan Tasu’a, mulai dari waktu pelaksanaannya, niat, hingga keutamaannya
menurut dalil sahih.
Kapan Puasa Tasu’a dan Asyura Dilaksanakan?
Puasa Tasu’a dan Asyura merupakan ibadah sunnah yang
dilaksanakan pada dua hari berturut-turut di bulan Muharram. Puasa ini bukan
hanya sekadar amalan, tetapi juga bagian dari sejarah dan ajaran Nabi Muhammad ﷺ.
Penentuan waktunya merujuk pada kalender Hijriyah, yaitu:
- Tanggal
9 Muharram disebut sebagai Hari Tasu’a. Ini adalah
hari sebelum Asyura, yang dianjurkan untuk berpuasa sebagai bentuk pembeda
dari kebiasaan kaum Yahudi saat itu.
- Tanggal
10 Muharram disebut sebagai Hari Asyura. Hari inilah
yang paling utama untuk berpuasa, sebagaimana Rasulullah ﷺ menjelaskan
bahwa puasa di hari ini dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.
Pada tahun 1447 Hijriyah / 2025 Masehi,
berdasarkan konversi kalender Hijriyah ke kalender Masehi yang berlaku,
perkiraan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Tasu’a: Rabu,
5 Juli 2025
- Asyura: Kamis,
6 Juli 2025
Namun demikian, karena penentuan awal bulan Hijriyah bisa
berbeda tergantung metode rukyat atau hisab yang digunakan, sangat disarankan
untuk melihat kalender Islam yang terpercaya.
“Barang siapa yang ingin menghidupkan sunnah Rasulullah ﷺ,
maka hendaknya ia memperhatikan penanggalan hijriyah dalam ibadahnya.”
Niat Puasa Asyura dan Tasu’a
Niat Puasa Tasu’a (9 Muharram):
نَوَيْتُ
صَوْمَ تَاسُوعَاء سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma Tasu’a sunnatan lillaahi ta’aala
“Saya niat puasa Tasu’a, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Niat Puasa Asyura (10 Muharram):
نَوَيْتُ
صَوْمَ عَاشُورَاء سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ‘Aasyuuraa sunnatan lillaahi ta’aala
“Saya niat puasa Asyura, sunnah karena Allah Ta’ala.”
Catatan: Niat boleh diucapkan di hati, dan
diperbolehkan sebelum tergelincir matahari selama belum makan atau minum.
Keutamaan Puasa Asyura
Puasa Asyura yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharram
memiliki keutamaan yang sangat besar dalam Islam. Rasulullah ﷺ
sendiri menjelaskan bahwa puasa ini dapat menghapus dosa-dosa setahun yang
lalu, sebagaimana dalam sabdanya:
“Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah
agar menghapus dosa setahun sebelumnya.”
(HR. Muslim No. 1162)
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada umat Nabi
Muhammad ﷺ.
Bayangkan, hanya dengan satu hari berpuasa, Allah menjanjikan pengampunan
dosa-dosa kecil selama satu tahun penuh. Hal ini menunjukkan betapa besar nilai
ibadah ini di sisi Allah.
Selain itu, puasa Asyura juga memiliki nilai sejarah yang
kuat. Hari Asyura merupakan hari diselamatkannya Nabi Musa ‘alaihis salam dan
Bani Israil dari kejaran Firaun. Rasulullah ﷺ menghormati hari tersebut dan berpuasa
sebagai bentuk syukur, serta menganjurkan umatnya untuk mengikutinya.
Tak hanya itu, puasa ini juga menjadi sarana bagi umat
Islam untuk menghidupkan sunnah Rasulullah ﷺ. Dengan melaksanakannya secara ikhlas,
seseorang tidak hanya mendapat pahala dari puasanya, tetapi juga karena
meneladani Nabi dalam sunnahnya yang mulia.
Kenapa Perlu Puasa Tasu’a?
Puasa Tasu’a, yaitu puasa sehari sebelum Asyura (9
Muharram), disunnahkan oleh Rasulullah ﷺ sebagai bentuk penyempurnaan puasa Asyura.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi bersabda:
“Jika aku masih hidup tahun depan, sungguh aku akan
berpuasa pada hari kesembilan (Tasu’a).”
(HR. Muslim)
Nabi mengungkapkan keinginannya untuk berpuasa pada
tanggal 9 Muharram guna berbeda dengan kaum Yahudi. Pada masa itu, kaum Yahudi
juga berpuasa pada hari Asyura sebagai peringatan diselamatkannya Nabi Musa,
namun mereka hanya berpuasa pada tanggal 10 saja. Maka, Rasulullah ﷺ
ingin membedakan umat Islam dalam hal ibadah dan identitas keagamaan.
Dengan menjalankan puasa Tasu’a, umat Islam menunjukkan
kesempurnaan dalam mengikuti sunnah Nabi, sekaligus menegaskan prinsip Islam
yang unik dan mandiri. Rasulullah mengajarkan agar kita tidak sekadar
ikut-ikutan, tapi memiliki dasar dan niat yang jelas dalam setiap ibadah.
Selain itu, puasa Tasu’a juga memberi kesempatan tambahan
bagi mereka yang ingin memperbanyak pahala dan mengisi hari-hari mulia Muharram
dengan amal shaleh. Maka, kombinasi puasa Tasu’a dan Asyura adalah bentuk
ketaatan yang paripurna, yang akan mengangkat derajat orang yang melakukannya
di sisi Allah.
Kesimpulan
Puasa Asyura dan Tasu’a adalah ibadah ringan namun berpahala
besar. Ini adalah momen untuk menghapus dosa setahun lalu,
mengikuti sunnah Nabi, dan menambah semangat ibadah di bulan yang dimuliakan.
Mari kita semarakkan bulan Muharram ini dengan puasa dan amal shalih
lainnya.
Bagikan artikel ini kepada sahabat, keluarga,
atau siswa Anda agar semakin banyak yang menjalankan puasa Asyura dan Tasu’a
tahun ini. Barangkali, dari satu share, Anda ikut mendapatkan pahalanya.