Topik: Dampak Turunnya Bitcoin terhadap ETH dan XRP dan cara melindungi aset crypto
Dunia kripto memang penuh kejutan. Dalam satu minggu harga bisa melonjak tajam, tapi di minggu berikutnya bisa anjlok tanpa ampun.
Namun, ada satu pola yang selalu berulang sejak dulu: ketika Bitcoin turun tajam, hampir semua aset kripto lain ikut jatuh, termasuk dua yang paling populer setelahnya Ether (ETH) dan XRP.
Banyak orang bertanya-tanya, kenapa nasib semua koin seolah tergantung pada Bitcoin? Apakah Ethereum dan XRP tidak punya kekuatan sendiri? Dan kalau Bitcoin benar-benar jatuh, seberapa parah dampaknya buat dua koin itu?
Kenapa Semua Koin Ikut Jatuh Saat Bitcoin Turun
1. Bitcoin masih jadi acuan utama
Walau sekarang ada ribuan jenis aset kripto, Bitcoin tetap dianggap sebagai tolok ukur utama.
Ketika Bitcoin naik, orang merasa percaya diri untuk berinvestasi di kripto lain. Tapi ketika Bitcoin turun, rasa takut langsung menyebar ke seluruh pasar.
Sederhananya, Bitcoin seperti "penentu suasana hati" dunia kripto. Kalau dia tersenyum, semua ikut semangat. Kalau dia jatuh, semua ikut panik.
2. Mayoritas transaksi kripto masih berpusat pada Bitcoin
Di banyak bursa, pasangan perdagangan utama masih menggunakan BTC. Artinya, banyak harga koin lain diukur terhadap Bitcoin.
Kalau nilai BTC melemah, otomatis nilai altcoin juga ikut tergeser, bahkan terhadap dolar AS sekalipun.
Inilah sebabnya, begitu harga Bitcoin jatuh, efeknya langsung terasa di seluruh pasar bukan karena logika ekonomi, tapi karena sistem perdagangannya memang saling terhubung.
3. Korelasi antar aset meningkat di masa panik
Dalam kondisi normal, harga Bitcoin dan altcoin bisa bergerak berbeda. Tapi ketika pasar sedang takut, korelasi antara BTC dan koin besar lain seperti ETH dan XRP bisa naik hingga 0,7–0,8.
Itu artinya, 70–80% pergerakan harga Ether dan XRP mengikuti pergerakan Bitcoin. Investor tidak lagi melihat setiap koin secara terpisah, tapi menganggap semuanya satu paket, aset berisiko tinggi yang lebih baik ditinggalkan dulu.
Apa yang Terjadi Pada Ether Saat Bitcoin Jatuh
Ethereum adalah proyek terbesar setelah Bitcoin. Di dalamnya banyak aplikasi, proyek keuangan, NFT, dan teknologi Web3. Tapi sekuat apa pun fundamentalnya, harga Ether tetap mudah terpengaruh oleh pergerakan Bitcoin.
1. Sejarah membuktikan: Ether sering turun lebih dalam
Kalau kita lihat data masa lalu, setiap kali Bitcoin turun 50%, harga Ether bisa anjlok 55–60%.
Kenapa bisa lebih dalam? Karena banyak trader memakai leverage (pinjaman modal) untuk memperbesar posisi ETH. Saat harga turun sedikit, posisi mereka langsung terkena likuidasi otomatis, sistem menjual aset mereka untuk menutup kerugian.
Akibatnya, tekanan jual semakin besar dan harga jatuh makin cepat.
2. Efek domino di dunia DeFi
Banyak proyek DeFi berjalan di jaringan Ethereum. Ketika harga ETH turun tajam, nilai jaminan (collateral) di berbagai platform pinjaman juga ikut menurun.
Kalau nilainya turun di bawah batas aman, sistem akan menjual ETH yang jadi jaminan tersebut untuk menutup posisi.
Proses ini disebut margin call dan sering jadi pemicu tambahan saat pasar panik. Jadi, bukan cuma investor yang panik jual, tapi sistem otomatis pun ikut melepas ETH ke pasar.
3. Kelebihan ETH: bisa tetap memberi hasil lewat staking
Meski begitu, Ethereum punya keunggulan besar yang tidak dimiliki Bitcoin yaitu staking.
Pemilik ETH bisa "mengunci" koin mereka di jaringan dan mendapat imbalan setiap hari. Karena ada pendapatan pasif ini, banyak investor memilih menahan ETH jangka panjang meski harganya sedang turun.
Setelah turunnya harga bitcoin mulai mereda, ETH biasanya lebih cepat pulih karena ekosistemnya tetap aktif dan banyak orang membeli lagi untuk staking di harga murah.
Bagaimana Nasib XRP Kalau Bitcoin Jatuh
Kalau Ether masih punya ekosistem kuat, cerita XRP sedikit berbeda. XRP diciptakan oleh Ripple Labs dengan tujuan membantu transaksi lintas negara dan antarbank. Tapi di pasar kripto, XRP sering jadi korban terbesar saat kepanikan datang.
1. Volume kecil, dampak besar
XRP punya volume perdagangan yang lebih kecil dibanding ETH atau BTC. Jadi ketika banyak orang menjual sekaligus, harga XRP bisa jatuh lebih dalam.
Dalam beberapa kasus, saat Bitcoin turun 50%, XRP bisa kehilangan hingga 70% nilainya.
Sebabnya sederhana: tidak cukup pembeli untuk menahan tekanan jual besar-besaran.
2. Kurangnya dukungan dari investor besar
Setelah kasus hukum panjang antara Ripple dan SEC (otoritas keuangan AS), banyak lembaga keuangan besar memilih menjauh dari XRP.
Walau Ripple mulai menang di beberapa keputusan pengadilan, kepercayaan dari investor institusional belum sepenuhnya pulih.
Artinya, saat pasar panik, yang tersisa kebanyakan investor ritel dan mereka biasanya lebih cepat takut dan menjual asetnya.
3. Tidak punya "penopang alami" seperti staking
Berbeda dari Ethereum yang bisa menghasilkan imbalan dari staking, XRP tidak memiliki sistem serupa. Nilainya lebih bergantung pada sentimen pasar dan adopsi jaringan pembayaran Ripple.
Jadi, ketika kepercayaan terhadap pasar kripto menurun, XRP biasanya paling dulu terkena dampaknya dan paling lama pulih kembali.
Efek Domino: Ketika Semua Aset Ikut Tumbang
Kejatuhan Bitcoin bukan hanya karena orang menjual, tapi juga karena sistem di pasar kripto bekerja dengan cara yang mempercepat penurunan.
1. Likuidasi massal di pasar derivatif
Banyak trader menggunakan kontrak berjangka dengan leverage tinggi — kadang sampai 10 kali lipat dari modal aslinya.
Kalau harga turun 10%, posisi mereka bisa langsung dilikuidasi. Sistem bursa akan menjual otomatis agar tidak rugi lebih besar.
Hal ini menciptakan gelombang penjualan tambahan, dan efeknya menyebar ke koin lain seperti ETH dan XRP.
2. Efek psikologis: rasa takut yang menular
Kejatuhan harga tidak selalu soal data. Kadang murni karena emosi.
Begitu harga Bitcoin anjlok, media sosial penuh dengan berita buruk, rumor, dan prediksi suram. Investor yang awalnya tenang jadi ikut panik.
Dalam beberapa jam, seluruh pasar berubah merah, karena semua orang bereaksi secara emosional dan ingin cepat keluar.
3. Volume tinggi, tapi arah satu sisi
Ketika pasar panik, volume transaksi memang meningkat, tapi sebagian besar adalah aksi jual.
Tidak ada keseimbangan antara penjual dan pembeli. Akibatnya, harga jatuh lebih cepat dari yang seharusnya, menciptakan efek berantai di seluruh pasar.
Kalau Tanpa Bitcoin, Apa yang Akan Terjadi?
Pernahkah kamu membayangkan kalau suatu hari Bitcoin benar-benar hilang atau kehilangan pengaruhnya?
Pasar kripto mungkin tetap hidup, tapi akan kehilangan arah yang jelas.
Bitcoin selama ini berfungsi sebagai patokan utama. Tanpanya, investor akan bingung menilai apakah pasar sedang sehat atau tidak.
Ethereum mungkin masih bisa bertahan karena punya banyak proyek dan sumber pendapatan dari staking, tapi XRP akan jauh lebih kesulitan karena sebagian besar nilai dan kepercayaannya masih bergantung pada kondisi pasar secara keseluruhan.
Singkatnya, tanpa Bitcoin, dunia kripto seperti mobil tanpa setir masih bisa jalan, tapi tidak tahu ke mana arahnya.
Cara Melindungi Asser Crypto Saat Bitcoin dan Pasar Kripto Jatuh
Tidak ada yang bisa menebak kapan pasar akan anjlok. Tapi ada beberapa cara agar kamu bisa mengurangi risiko dan tetap aman ketika badai datang.
1. Gunakan derivatif untuk perlindungan
Bagi yang sudah cukup berpengalaman, kontrak berjangka (futures) bisa jadi alat pelindung.
Misalnya, kamu punya banyak ETH dan khawatir harga akan turun. Kamu bisa membuka posisi short di bursa berjangka. Jika harga benar turun, posisi itu akan menghasilkan keuntungan yang bisa menutup sebagian kerugian di portofolio utama.
Selain itu, di masa panik, kontrak berjangka sering diperdagangkan dengan harga lebih murah dari pasar spot. Kondisi ini bisa menciptakan peluang arbitrase membeli di satu tempat dan menjual di tempat lain dengan selisih harga.
Tapi ingat, strategi ini tidak cocok untuk pemula. Salah hitung sedikit bisa justru memperbesar kerugian.
2. Simpan sebagian dana di aset yang likuid dan stabil
Saat pasar tidak menentu, likuiditas adalah kunci bertahan.
Pastikan sebagian dana kamu disimpan dalam aset yang mudah dijual dan nilainya stabil, seperti:
- Stablecoin (USDT, USDC, DAI) untuk menunggu momen beli berikutnya
- Emas tokenisasi seperti PAX Gold (PAXG) atau Tether Gold (XAUT), yang nilainya mengikuti harga emas dunia
- Instrumen RWA (Real World Assets) tokenisasi aset dunia nyata seperti obligasi, real estate, atau surat utang, yang tidak terlalu terpengaruh oleh pasar kripto
Dengan memiliki cadangan likuid seperti ini, kamu tidak perlu panik jual saat pasar anjlok.
3. Pantau korelasi antara ETH dan XRP terhadap Bitcoin
Korelasi bisa menjadi indikator penting untuk mengukur tingkat risiko pasar.
Kalau kamu melihat korelasi antara BTC dan ETH atau BTC dan XRP naik mendekati 0,8, itu pertanda pasar sedang bergerak searah dan risiko jatuh bersama semakin tinggi.
Ketika hal ini terjadi, sebaiknya kurangi posisi di altcoin dan amankan dulu modal di stablecoin atau aset lain yang lebih tenang.
4. Manfaatkan staking dan liquidity pool
Cara lain untuk tetap menghasilkan meski harga turun adalah staking atau menyediakan likuiditas (liquidity pool) di platform DeFi.
Meski tetap ada risiko nilai aset berkurang, kamu tetap mendapat imbalan rutin dari aktivitas jaringan.
Pendapatan pasif ini bisa membantu menyeimbangkan portofolio di masa sulit, apalagi jika pasar butuh waktu lama untuk pulih.
Kesimpulan: Bitcoin Masih Menentukan Irama Pasar
Setiap kali Bitcoin jatuh, efeknya menjalar ke seluruh ekosistem kripto.
Ether biasanya ikut turun, tapi punya peluang lebih cepat pulih berkat staking dan ekosistem DeFi yang kuat.
Sementara XRP sering menjadi korban paling parah karena likuiditas rendah dan kurangnya dukungan dari investor besar.
Namun, bukan berarti investor tidak punya harapan. Dengan strategi yang tepat, seperti menjaga likuiditas, memanfaatkan derivatif untuk perlindungan, memantau korelasi pasar, dan menaruh sebagian dana di staking kamu tetap bisa bertahan bahkan saat pasar sedang kacau.
Pasar kripto memang keras, tapi juga penuh peluang. Yang penting bukan seberapa hebat kamu saat harga naik, tapi seberapa siap kamu saat semuanya turun.
Karena dalam dunia investasi, yang bertahan bukan yang paling pintar, tapi yang paling siap menghadapi perubahan.
Hashtag
#Bitcoin #Ethereum #XRP #PasarKripto #InvestasiKripto
Keyword Utama
Bitcoin jatuh, Dampak Bitcoin terhadap Ether dan XRP, Korelasi BTC ETH XRP, Strategi bertahan saat pasar kripto turun, Staking Ethereum, Likuiditas dan stablecoin, Efek domino di pasar kripto, Perlindungan aset kripto melalui derivatif